Jepara, suaragardanasional.com | Hasil diskusi bersama Andi Rokhmat, Dr. Djoko TP, AF Agung, dan Eko Mulyantoro di D’Anglo Resto Jepara Abrasi atau pengikisan pantai di Jepara sudah semakin parah dan prihatin, Banyak kawasan pantai seperti di Kecamatan Kedung, Semat, Teluk Awur, dan Tegal Sambi, hingga Bandengan serta Bondo mengalami penyusutan daratan karena air laut terus mengikis bibir pantai. Masalah ini bukan sekadar soal alam, tapi juga karena kita kurang sadar menjaga kelestarian alam dan lingkungan dan kurangnya koordinasi antar instansi.
Apa Itu Abrasi dan Kenapa Terjadi?
Abrasi terjadi saat gelombang laut terus-menerus menghantam pantai tanpa perlindungan alami, seperti mangrove (hutan bakau) atau bangunan penahan.
Penebangan mangrove dan bangunan tak berizin di pantai memperparah situasi. Tanpa perlindungan, daratan bisa habis dimakan laut.
Siapa Saja yang Bertanggung Jawab?
Dari hasil diskusi dengan tokoh-tokoh penting di Jepara, kami menyimpulkan bahwa banyak lembaga punya peran penting antara lain:
Peran Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP): Mengatur pemulihan pesisir secara nasional dan memberi panduan teknis pelestarian lingkungan laut
DKP Provinsi Jawa Tengah: Mengatur tata ruang laut dan pantai di tingkat provinsi agar semua daerah punya panduan zonasi
DLH dan DPUPR Kabupaten Jepara:
- DLH bertugas menjaga lingkungan dan memantau dampak abrasi.
- DPUPR membangun sarana fisik seperti tanggul dan saluran air untuk menahan abrasi.
- DKP Jepara: Memberdayakan nelayan dan masyarakat pesisir lewat penanaman mangrove, edukasi, dan pelestarian pantai.
Sayangnya, meski sudah ada banyak aturan, koordinasi antar lembaga ini masih sering tumpang tindih atau bahkan tidak berjalan sama sekali. Ini yang menyebabkan penanganan abrasi berjalan lambat.
Solusi Bukan Hanya Proyek, Tapi Kesadaran Bersama
Salah satu solusi paling alami dan murah adalah menanam mangrove. Tapi jangan hanya sekadar tanam, harus ada perawatan, edukasi, dan keterlibatan warga. Tanpa kesadaran masyarakat, program hanya jadi formalitas. Banyak warga yang sebenarnya siap membantu, tapi mereka sering tidak dilibatkan atau tidak diberi pelatihan yang cukup.
Dr. Djoko TP mengingatkan:
“Kerusakan alam bukan semata karena alam, tapi karena manusia lupa menjaga rumahnya sendiri.”
Ekologis yang Perlu Sosialisasi
Mangrove bukan hanya tumbuhan, tetapi benteng hidup yang mampu mengurangi kecepatan arus laut, menjaga sedimen, dan menjadi tempat berkembang biaknya ikan. Namun upaya rehabilitasi mangrove akan gagal jika dilakukan secara simbolik tanpa partisipasi warga lokal.
Masyarakat harus dilibatkan sejak awal, dari pemetaan lokasi, teknik penanaman, hingga perawatan pascapenanaman. Pemerintah wajib hadir dengan pelatihan dan insentif bagi kelompok yang aktif dalam konservasi mangrove.
Apa yang Bisa Dilakukan Sekarang?
- Pemerintah Jepara perlu duduk bersama: DLH, DKP, DPUPR, pemerintah provinsi, dan pusat (KKP) harus membuat kesepakatan bersama agar tidak jalan sendiri-sendiri.
- Buat aturan lokal (Perbup) tentang pengelolaan pantai dan mangrove yang melibatkan masyarakat, termasuk insentif bagi warga yang aktif menjaga lingkungan.
- Lakukan pemeriksaan (audit) terhadap proyek proyek, bangunan, atau reklamasi yang bisa memperparah abrasi.
- Libatkan masyarakat pesisir seperti kelompok nelayan, karang taruna, dan tokoh desa agar mereka merasa memiliki program konservasi ini.
Menatap Masa Depan Jepara Pesisir: Jalan Panjang Menuju Kesadaran Ekologis
Garis pantai ±72 km di Jepara adalah warisan alam sekaligus modal pembangunan. Jika abrasi terus dibiarkan, hilangnya wilayah bukan hanya dalam bentuk meteran daratan, melainkan hilangnya budaya, identitas maritim, dan sumber kehidupan masyarakatnya.
Abrasi harus didekati sebagai krisis sistemik yang melibatkan dimensi hukum, tata ruang, perilaku sosial, dan nilai-nilai lokal. Solusinya tidak bisa dilakukan sendiri-sendiri. Harus ada kolaborasi antar lembaga, keberanian politik dari DPRD dan Bupati, serta kesediaan masyarakat untuk menjadi bagian dari gerakan pemulihan pesisir.
Mengapa Ini Penting?
Pantai bukan cuma tempat wisata. Ia adalah tempat hidup ribuan warga Jepara, sumber ikan, dan bagian dari warisan budaya kita. Kalau abrasi terus dibiarkan, desa-desa pesisir bisa tenggelam, dan anak cucu kita tidak akan bisa lagi melihat pantai seperti yang kita nikmati hari ini.
Ayo Bergerak!
Abrasi bukan bencana yang tidak bisa dicegah. Tapi perlu kerja sama semua pihak. Pemerintah, masyarakat, akademisi, hingga media harus terus bersuara. Mari jadikan Jepara sebagai contoh daerah yang berhasil menyelamatkan pantainya bukan karena proyek besar, tapi karena kesadaran dan gotong royong.
Catatan: Tulisan ini adalah hasil diskusi bersama:
- Andi Rokhmat (Ketua Komisi D DPRD Jepara)
- Dr. Djoko TP (Peneliti Lingkungan dan Tata Ruang Pesisir)
- AF Agung Pemerhati kebijakan publik
(Hani K)