Menjadi Manusia Utuh: Akal, Rasa, dan Cinta

 

Jepara, suaragardanasional.com | "Akal kanggo mikir, roso kanggo rumangsa, lan katresnan kanggo nyawiji. Yen mung siji, urip dadi timpang."_ — Petuah Serat Tripama


Tiga unsur utama pembentuk manusia utuh:


- Akal sebagai Kompas  Akal bukan sekadar logika kognitif, tapi penunjuk arah kehidupan. Namun, akal baru berfungsi sebagai kompas sejati jika batin bersih, tidak keruh oleh drama atau konflik. Ini terkait dengan aktivasi mata ketiga atau neo cortex, saat manusia mampu memahami realitas tanpa sekadar bergantung pada indra ragawi.


- Rasa sebagai Jembatan Rasa di sini lebih dalam dari sekadar perasaan yang bersumber dari persepsi sensorik. Rasa ngrumangsani berkembang menjadi rasa sejati ketika melampaui sensorik menuju wilayah extra-sensorik, yaitu rasa yang lahir dari pengalaman batin paling dalam.


- Cinta sebagai Cahaya Cinta sejati bukan sekadar ikatan biologis atau emosional yang sering kali menjerat. Cinta sejati bersifat membebaskan, lahir dari welas asih (kasih sayang universal) dan kesadaran akan hakikat hidup di bumi, bukan sekadar hidup di dunia material.


Distorsi Cinta: Ketika Cinta


Menjadi Alat Penindasan

Banyak orang menempatkan cinta hanya pada ranah biologis atau emosional dangkal. Akibatnya, cinta berubah menjadi alat pengikat, bahkan penindasan, yang sejatinya adalah wujud cinta buta.

Cinta Sejati ➡️ Membebaskan, lahir dari kasih sayang, tanpa syarat.

Cinta Buta ➡️ Mengikat, lahir dari ego, kesombongan, dan ilusi.


"Dimana ada cinta, di situ tidak ada cinta buta."


Cinta murni adalah bentuk penyerahan diri tanpa pamrih kepada Tuhan (nishkama bhakti), bukan keterikatan pada hal-hal duniawi yang bersifat sementara.


Akal dan Tiga Sifat Alam (Triguna)


Dalam tradisi filsafat Timur dikenal konsep Triguna, yang memengaruhi kualitas akal manusia:


- Sattva (Kebaikan) Akal jernih, membimbing ke kebenaran hakiki, membuka jalan menuju dharma (kebenaran dan harmoni universal).

- Rajas (Nafsu) Akal terombang-ambing oleh keinginan, lebih condong mengejar kepentingan pribadi.

- Tamas (Kegelapan) Akal tertutup oleh kebodohan dan kemalasan, melihat hidup dalam kacamata negatif dan keterikatan ilusi.


Akal yang jernih hanya mungkin muncul saat batin bersih, mata ketiga terbuka, dan rasa sejati berkembang.

Welas Asih: 


- Fondasi Hidup di Bumi Welas asih lahir dari kesadaran hidup di bumi, bukan hidup di dunia ilusi. Seperti kata Syeh Siti Jenar, "People lived in the same earth but different world," artinya banyak orang hidup berdampingan di bumi, namun dunia batin, kesadaran, dan realitas mereka berbeda, tergantung sejauh mana mereka memahami proses hidup tanpa protes.


Penutup Reflektif


Sebagai renungan, sebuah pertanyaan sederhana bisa membuka pintu kesadaran:

"Apa yang Anda lakukan 10 menit sebelum tidur?"

Karena apa yang mengisi pikiran menjelang tidur adalah cerminan isi memori bawah sadar kita, yang terus tertanam, bahkan saat kita 'mati sementara' dalam tidur.


Catatan Akhir


Hidup menjadi utuh jika akal, rasa, dan cinta berjalan seimbang. Tanpa itu, hidup menjadi timpang, penuh drama, ilusi, dan keterikatan yang menghalangi pencerahan. 


(Hani K)

Tags

#buttons=(Accept !) #days=(20)

Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Accept !
To Top