Temanggung, suaragardanasional.com - Tak ada peristiwa atau kejadian di Kabupaten Temanggung yang tak dihadiri MDMC. Ditengah segala keterbatasan fasilitas dan perlengkapan, organisasi cepat tanggap dibawah naungan Muhammadiyah ini tetap gigih hadir di peristiwa apapun dan dimanapun.
Saat aksi bersama masyarakat mengibarkan bendera Merah Putih ukuran raksasa di Jembatan KA Sungai Progo, MDMC terlibat disini. Dalam kegiatan spektakuler untuk memperingati HUT Kemerdekaan RI Ke-80 tersebut, anggota MDMC membaur sebagai pelaksana dan pendamping kesehatan di acara yang dihadiri Bupati Temanggung Agus "Gondrong" Setyawan, Pj Sekda Temanggung Ripta Susilo.
"Kami ingin terus hadir ditengah-tengah masyarakat. MDMC punya kewajiban sosial kemasyarakatan mendampingi dan mengawal kegiatan atau peristiwa. Apalagi momentum Kemerdekaan RI adalah hajat masyarskat luas, kami harus turut andil, " kata Humas MDMC, Edy Sumiharto, Senin (25/8/2025).
MDMC atau Muhammadiyah Disaster Management Center sangat eksis. Berkantor seatap dengan Lazismu di sebuah gedung ikonik cagar budaya di Jalan Mt Haryono Pandean, Kota Temanggung, MDMC tak bisa dipungkiri masih memiliki banyak keterbatasan.
Ketua MDMC, dr Arif Supriyono Sp An yang seorang dokter spesialis anastesi membeberkan organisasi cepat tanggap yang dia pimpin butuh revitalisasi di anggotanya. Selain butuh tambahan anggota, organisasi nirlaba ini terus membentuk profesionalisme anggotanya dengan pelatihan dan gathering tentang SAR.
"Agar ada regenerasi, kalau kita masih butuh tambahan personil. Karena yang aktif jumlahnya kurang, kendalanya personil harus standby 24 jam, tapi mereka juga harus melaksanakan pekerjaan pokok mereka," imbuh dokter yang bertugas di RS PKU Kalisat ini.
Selain itu, jadwal pelatihanbagi anggota MDMC yang butuh beberapa hari sulit terlaksana, karena alasan yang sama. Ditambah, problem ketersediaan peralatan bagi personil MDMC.
"Ada kesulitan lain yakni, dalam merespon jika ada kejadian, yang belum punya perahu karet, tidak punya tali repeling dan sebagainya. Padahal mengingat kontur wilayah Temanggung yang pegunungan dan banyak sungai, tentu membutuhkan kesiapan peralatan yang memadai," tambahnya.
Arif mengilustrasikan apabila jumlah personil bisa banyak, MDMC bisa lebih responsif. Organisasi besar seperti Muhammadiyah sudah punya AKMT bisa diberdayakan sebagai relawan Muhammadiyah. Di MDMC itu terdiri dari beberapa kluster, dari Asyiah, Tapak Suci, dan lain-lain. "Itu yang selama ini dijawil MDMC untuk dilibatkan di dapur umum misal. Kemudian dari unsur SAR juga bisa dijawil. MDMC sifatnya koordinatif," tandasnya.
Dibeberkan, mencari personil yang siap siaga 24 jam itu cukup sulit. Saat ini di MDMC ada 10 relawan yang aktif.
Ini kerja sukarelawan, namun MDMC sifatnya holistik, ada tim medis dan tim psikososial. MDMC mendatangi korban saat kejadian dan mendampingi korban bencana pasca kejadian. Beruntungnya Muhammadiyah punya banyak RS di daerah. Itu memudahkan penanganan.
Yang sudah berjalan, MDMC dikoordinir secara kewilayahan maupun nasional. Assesment logistik diperhatikan betul. "Kami ingin siap dan membersamai masyarakat yang sedang terkena musibah dan membutuhkan bantuan," pungkas Arif. (Hery S)