WUJUD PEDULI AIR : Warga dan petani dua desa, yakni Geblog dan Kemiri, Kecamatan Kaloran Kabupaten Temanggung menggelar ritual Nyadran Dawuhan, Jum'at (1/8/2025) diatas Bendungan Dawuhan. Nyadran Dawuhan merupakan wujud kepedulian warga dan petani pada air sebagai sumber kehidupan. Foto : Hery Setyadi
Temanggung, suaragardanasional.com - Air adalah sumber kehidupan. Kalimat ini pendek, namun sarat makna tentang betapa pentingnya air bagi kehidupan. Baik bagi manusia, hewan, juga tanaman. Di lokasi Bendungan Dawuhan yang berdiri kokoh diatas Sungai Jangkungan, warga dan petani Desa Geblog dan Desa Kemiri tasyakuran, ngalap berkah pada ritual Nyadran Dawuhan, Jum'at (1/8/2025) pagi hingga siang.
Reriuhan warga dan petani ini, sejatinya adalah bentuk bersih desa. Yakni ritual adat setiap tahun untuk mengingatkan masyarakat desa betapa pentingnya sumber daya air yang melewati wilayah desa mereka. Kades Geblog, Utomo, uluk salam nderek bingah pada saat ritual digelar.
Menurut sang lurah, Bendungan Dawuhan ini jadi saksi perjuangan petani setempat, untuk bisa mengairi sawah-sawah mereka. "Jaman dulu, para petani membawa batang-batang bambu untuk membendung air sungai. Jerih payah petani untuk mengairi sawah sedemikian luar biasa. Hingga kemudian, oleh pemerintah dibangun bendungan permanen. Yang kini masih kokoh berdiri," kata Utomo merangkai memori.
Kades Kemiri, Sugeng, ikut bertestimoni. bahwa kegiatan nyadran ini baik dan akan dilestarikan oleh warganya. "Karena ini adalah warisan dari para leluhur yang sudah nguri-nguri memelihara sungai sebagai penjaga ketersediaan air bagi persawahan, " cetus dia.
Ketua P3AI, Juwarno, menceriterakan perawatan saluran air senantiasa diatur dengan baik. Pernah ada beberapa problem di tata guna air. Namun itu bisa diselesaikan warga dengan musyawarah. Nyadran Dawuhan di Bendungan Dawuhan, Dusun Campurejo, Desa Geblog ini digelar diatas dan tepian Sungai Jangkungan, urat nadi air yang membelah dan mengairi berhektar-hektar areal persawahan di dua desa, yakni Geblog dan Kemiri.
Koordinator Balai Penyuluhan Pertanian, Kecamatan Kaloran, Ulfa, menyebut ini adalah bentuk kearifan lokal. Tujuan dari kegiatan ini untuk menjaga kelestarian tata guna air. Pembagian air yang baik, akan berdampak pada kebahagiaan petani. Apalagi sekarang sedang digalakkan kampanye ketahanan pangan, yang disengkuyung banyak pihak di daerah. Tata guna atau kelola air ini diharapkan bisa membawa kesejahteraan para petani dan warga desa.
Azis, Kaur Pemerintahan Desa Geblog, menyebut ritual nyadran ini untuk mendo'akan para sesepuh Geblog dan Kemiri yang mengawali merawat desa dan sungai. Azis dalam kegiatan nyadran ini memimpin do'a bersama. Dia sedikit mengungkapkan, adanya kerusakan pada badan bendungan. "Sehingga air untuk pertanian bocor dan sering tidak sampai ke sawah petani di Geblog. Sedimentasi tanah di bendungan juga jadi problem," ujarnya.
Ritual Nyadran Dawuhan sangat meriah. Satu unit mobil pikap membunyikan soundsystem dengan tembang Jawa Holobis Kuntul Baris. Suasana kemarau pasca panen, yang sejuk di sekitar Bendungan Dawuhan dihadiri tamu dan undangan, dari UPT Dinas Pertanian Kranggan, Gapoktan dua desa, serta mahasiswa - mahasiswi KKN dari Unnes Semarang. Warga dan petani sebelum mengakhiri acara, mereka umbul bujana, makan bersama diatas alas daun pisang di punggung bendungan yang dibangun di tahun 1990 tersebut. (Hery S)