Magelang, suaragardanasional.com - Warga lereng Gunung Sumbing bagian timur menggeliat di bidang kesenian. Di Dusun Ngobaran, Desa Candisari, Kecamatan Windusari, menjadi pusat kesenian bagi desa yang warganya bergelut di bidang pertanian. Warga menggelar arak-arakan ogoh-ogoh memeriahkan HUT RI Ke-80, Sabtu (16/8/2025).
Kelompok-kelompok kesenian di Candisari tumbuh subur dalam dua tahun terakhir pasca wabah covid-19. Seakan menghidupkan kembali roh berkesenian warga setempat yang leluhurnya memiliki akar budaya yang kuat. "Kami ingin menyemarakksn kehidupan berkesenian lebih giat lagi. Kalangan anak muda desa kita ajak untuk menghidupi kesenian dengan sesering mungkin melakukan pementasan, " kata tokoh budaya Desa Candisari, Suyoto (60) saat menerima rombongan pengurus DPD Penerus Perintis Kemerdekaan RI (PPKRI) Yon Serna Trikora Bela Negara, Provinsi Jawa Tengah.
Ketua DPD PPKRI Yon Serna Trikora Bela Negara, Provinsi Jawa Tengah, Warjuki, mengemukakan, niatan warga untuk menghidupkan kembali kesenian tradisional patut diapresiasi. "Sangat jarang generasi muda sekarang yang ingin menggeluti atau memelihara budaya lokal atau kesenian tradisional. PPKRI akan mendukung sepenuhnya hal ini. Kelompok kesenian di Candisari dipersilakan mengajukan apa saja kebutuhan untuk keberlangsungan grup kesenian. Kami anggap ini sangat positif sebagai upaya menjaga karakter bangsa kita, " respon Warjuki.
Desa Candisari mempunyai kekhasan dalam kehidupan berkesrnian mereka. Sebagai bukti nyata, di wilayah desa ini sekian abad lampau, leluhur warga telah membangun percandian. Peninggalan artefak berupa candi, merupakan betapa tingginya kebudaayaan mereka.
"Kami menggelar berbagai pementasan bertepatan dengan ritual Saparan desa. Kebetulan waktunya bersamaan dengan peringatan HUT RI Ke-80 tahun 2025. Ogoh-ogoh hasil kreasi warga diarak keliling desa diiringi musik tradisional," tutur Obet (30) pemuda setempat.
Pentas kesenian di panggung statis di tengah dusun menambah kemeriahan arak-arakkan. Jenis kesenian tradisional yang sudah eksis di desa yang berlokasi di sebuah lembah pegunungan, unjuk diri . Ada Topeng Ireng Sekar Arum, Topeng Grasak Taruna Muda, Brodut Kubro Dangdut Budi Siswo BDSW.
Puncaknya dari Saparan yang sudah diperingati secara turun temurun adalah pentas wayang kulit dengan dalang Ki Antir. Dusun Ngobaran warganya bermatapencaharian petani ketela rambat. Berkesenian digunakan warga sebagai sarana perekat kehidupan sosial. Sehingga sangat penting memelihara kesenian.
Dusun di lereng sebelah timur Gunung Sumbing ini bergelut di budidaya ketela yang harganya tiga ribu per kilogram. Disini tergolong sulit air, pilihan akhir pada budidaya ketela. Sebagian besar bekerja sebagai buruh di luar daerah, Berkesenian adalah bentuk ekspresi warga. "Ironinya, kami masih sewa baju untuk setiap mentas, " kata Suyoto.
Menurut, Warjuki, pihaknya bersama jajaran PPKRI bakal mewujudkan asa warga yang menginginkan kehidupan berkesenian tumbuh subur. "Berbagai prestasi di lomba kesenian tingkat daerah, adalah bukti warga serius dalam berkesenian. Perlengkapan kesenian tradisional harus diadakan di Desa Candisari, seperti alat musik gamelan dan pakaian pementasan. Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai kebudayaannya. Desa Candisari bisa melejit keseniannya di kancah nasional, " tandas Warjuki. (Hery S)