Temanggung, suaragardanasional.com - Frase atau kata "literasi" kini kerap digaungkan di sekolah-sekolah. Kesadaran siswa untuk semakin memahami literasi dan menerapkannya pada kegiatan belajar dianggap urgen dan penting. Kepala SMP Negeri 1 Pringsurat, Ugi Utami S. Pd MP mengajak jurnalis sharing pengalaman ke siswa dan para guru, Kamis (16/10/2025).
Sekolah punya proyeksi ingin menjadikan tempat belajar yang lebih hidup dengan mengaktifkan literasi ke anak didik. "Budaya membaca, menulis, bereportase tentang kegiatan di sekolah ini ditumbuhkembangkan. Kami ingin sekolah ini riuh dengan aktifitas literasi. Mengembangkan ide-ide segar dan inspiratif yang dimiliki para guru dan siswa," papar Ugi disela sharing bersama jurnalis yang diberi judul kegiatan Pelatihan Jurnalistik 2025. Kegiatan menarik ini dihelat pihak sekolah dalam rangka Bulan Bahasa Tahun 2025.
Kepsek Ugi menyebutkan sekolah yang dia ampu ini memiliki segudang potensi. Baik di SDM para gurunya, maupun para siswanya yang berjumlah 600 siswa. Cara meriuhkan budaya literasi, akan dikemas dengan cara yang apik oleh Ugi. Dia punya gagasan, majalah dinding yang sempat vakum di sekolah ini dihidupkan kembali. Nantinya, majalah dinding ini didigitalisasi dan dikanalisasi di media sosial milik sekolah.
Peserta pelatihan jurnalistik dari kalangan siswa sebanyak 25 orang. Mereka ini mewakili seluruh kelas yang ada di sekolah tersebut. Diharapkan, pasca pelatihan jurnalistik ini, peserta bisa sharing ilmunya ke masing-masing kelas. Demikian pula dengan 25 orang guru yang mengikuti pelatihan jurnalistik, potensi guru diharapkan bisa memproduksi pesan tulisan dan gambar, foto atau video yang lebih baik, komunikatif dan tentu menarik. Produk literasinya berupa tulisan, reportase, atau feature dan literasi visual.
Pelatihan Jurnalistik 2025 di SMP Negeri 1 Pringsurat sarat makna. Peserta menyimak materi yang disampaikan oleh narasumber dengan seksama dan interaktif. Pemateri untuk penulisan berita adalah jurnalis senior, Budianto HP dan untuk pemateri foto jurnalistik diisi oleh Hery Setyadi, fotografer dan jurnalis.
Karena tujuan utama dari diadakannya pelatihan adalah untuk mengasah intuisi peserta dalam mengolah pesan menjadi produk sebuah tulisan atau reportase. Peserta dibekali Budianto HP dengan ide bagaimana memulai menulis, bikin judul tulisan, menentukan proposional isi tulisan dan bagaimana menyiarkannya. Budianto HP menggiring peserta untuk memahami bahwa setiap tulisan harus menarik untuk dibaca.
Linier dengan betapa pentingnya sebuah tulisan pada pemberitaan. Pemateri foto jurnalistik, Hery Setyadi memberikan kiat ide sebelum seorang fotografer hunting foto. Karena peran foto yang sangat penting pada sebuah berita dan tidak sekedar ilustratif, foto perlu digali secara matang, dieksekusi secara cermat di lapangan. Dan diseleksi yang terbaik untuk disajikan di media massa. Sebuah foto jurnalistik, dapat diieroleh dari sebuah kejadian atau peristiwa dan dari kehidupan keseharian kita. Dan karya foto jurnalistik bisa dimunculkan dari isu-isu sosial, ekonomi dan politik yang masih hangat.
Pada sesi dialog, banyak peserta, baik para guru dan siswa melontarkan pertanyaan kritis. Seorang guru menanyakan, apakah bisa seorang wartawan atau fotografer dituntut melanggar hak cipta, jika si wartawan atau fotografer itu memotret seseorang tanpa ijin. Merespon pertanyaan semacam ini, dijelaskan bahwa seorang wartawan atau jurnalis fotografer telah dibekali aturan undang-undang yang melindunginya dalam menjalankan tugas jurnalistik. Sepanjang tujuan dari pemberitaan adalah hal baik, problem semacam itu bisa nihil.
Kepsek Ugi Utami berharap setelah dihelat pelatihan jurnalistik, pihak sekolah bisa menterjemahkan pesan dan mulai aktif memproduksi literasi tulisan dan visual secara mandiri. Misi utama dari riuhnya literasi di sekolah untuk membentuk citra sekolah yang kompeten, profesional dan humanis. "Sekolah itu kan tempatnya mendidik anak-anak. Kami bersepakat, membekali mereka dengan kemampuan cakap berkomunikasi, sikap dan perilaku yang baik. Anak-anak disini kami didik dengan koordinasi yang baik dan intens dengan para orang tua wali. Pelatihan jurnalistik yang lebih mendalam secara teknis bisa dihelat lagi di kesempatan selanjutnya," pungkas Ugi Utami yang juga seorang penulis buku ini. (Hery S)


